Thursday, April 19, 2012

Report “We are The In Crowd” Live Dago Tea House, Bandung


Bandung, 5 April 2012.
Report “We are The In Crowd” Live Dago Tea House, Bandung.





          Akhirnya, resmi sudah band asal Poughkesspie, New York menggelar konsernya di Indonesia. Bertemakan “Rumor Mill South East Asia Tour 2012”, band “alternative rock” beranggotakan Taylor Jardine (vokal), Mike Ferri (bass), Jordan Eckes (gitar/vokal), Cameron Hurley (gitar), dan Rob Chianelli (dram) ini sukses membuat para penonton yang hadir merasa terpuaskan. Bertempat di Dago Tea House Bandung acara yang diusung oleh “Plug and Play” dan “Deep Insight” sebagai “event organizer” serta disponsori oleh (lagi-lagi oleh perusahaan rokok) PT. Djarum, Rock Denim Clothing, dan “105.9 FM Ardan Radio sebagai “media partner”, We are The In Crowd membawakan lagu-lagu baik dari EP mereka “Guaranteed To Disagree” (2010) dan album “Better Intentions” (2011) yang beberapa lagunya menjadi hits seperti “Never Be What You Want”, “Rumor Mill”, “For The Win”, maupun “Kiss Me Again” (dimana Video klipnya baru rilis di bulan Maret kemarin).
         Menghadirkan pula sebagai band pembuka, Oh Chentaku (Malaysia), Two Weak To Dance (Bandung) dan Gecko (Bali), serta kehadiran Aska dari “Rocket Rockers” yang berduet dengan Two Weak To Dance, konser yang sejatinya dimulai pukul 19.00 WIB,terlambat 30 menit sehingga resmi dimulai tepat pukul 19.30 WIB. Untuk “open gate”, pihak panitia sudah membuka sesuai jadwal resmi, yakni pukul 17.00 WIB. Cuaca Bandung saat digelarnya konser sedang hujan. Mungkin hal inilah yang menyebabkan saat “open gate” masih sedikit para penonton yang datang ke “venue” sehingga suasana masih sangat-sangat sepi. Baru ketika waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB, keramaian penonton yang datang mulai terlihat. Di pukul 19.30 WIB, acara dimulai dimana tentunya para penonton sudah memenuhi Dago Tea House Indoor. Ada sekitar 300 orang yang datang untuk menyaksikan konser We are The In Crowd tersebut. Kembali lagi ke acara, konser dibuka oleh penampilan band “rock” asal Negeri Jiran, “Oh Chentaku”. Kehadiran band dari negara tetangga ini membuktikan bahwa urusan politk kotor dan persaingan antara Indonesia dengan Malaysia tidak mempengaruhi soal permusikan kedua negara tersebut. Kehadiran “Oh Chentaku” diterima dan disambut dengan baik oleh para penonton yang hadir. Terlihat pula beberapa orang Malaysia dan “bule-bule” yang hadir di Dago Tea House Indoor.
            Two Weak To Dance. Band bergenre “pop rock” ini tampil menyanyikan 3 lagu andalan mereka, “Peri Kecilku”, “Goresan Tinta” (dimana hadir pula Aska “Rocket Rockers” berduet dengan mereka), dan “Masih Berarti” serta 1 lagu “cover” milik band yang sudah bubar, “Fall Out Boy”, berjudul Saturday. Ketiga lagu diatas tersebut merupakan “single-single” yang dirilis oleh Two Weak To Dance tahun lalu.
         Sebagai band pembuka ketiga, giliran punggawa rock-alternatif asal Pulau Dewata, “Gecko”, menghibur penonton yang hadir. Band yang hanya beranggotaka 4 orang personil ini mampu menyemangati para penonton. Mereka berhasil membuat panggung terasa dengan musik yang terdengar “penuh” meskipun hanya mengandalkan 1 orang gitaris. Total membawakan 4 lagu, yang diantaranya memainkan “hits” milik Nirvana yang berjudul “Smells Like Teens Spirits”, Putri, sang vokalis, tampil cukup enerjik. Banyak pasti sering terdengar, pengidentikkan band-band bervokalis wanita dengan sosok “Hayley Wiliams” (Paramore). Sosok Hayley (Paramore, band yang bisa dibilang sangat sukses di genre “alternative rock) selalu menjadi inspirasi bagi kebanyakan band yang menjadikan wanita sebagai vokalis. Hal itulah, yang mengingatkan penonton akan penampilan Putri (Gecko) terhadap vokalis Paramore tersebut. Tak ada yang berbeda dengan bentuk asli dari lagu “Smells Like Teens Spirits” yang dibawakan oleh Gecko. Hanya saja, hentakan dram yang sangat bertenaga dan begitu kencang serta iringan ritem-ritem dari sang gitaris yang tiada henti di geber, membuat lagu ini membuat Dago Tea House sedikit meledak. Penampilan Gecko ditutup oleh lagu “Pasti Cemburu”. Lagu dari band jebolan “LA Lights Indiefest 2008” ini, mendapat sambutan yang sangat antusias dari penonton yg hadir. Hal ini terlihat dari teriakan penonton maupun “sing along” di bagian “reff” lagu ini seperti mengisyaratkan keceriaan mereka. Bisa juga untuk melepaskan kepenatan yang hadir dari masing-masing penonton yang disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Belum pula, hujan yang mungkin saat konser berlangsung membuat penonton yang hadir di Dago Tea House perlu berkorban tenaga dan kesehatan.
           Finally!, band yang ditunggu-tunggu akhirnya tampil juga. Sempat terlihat raut muka kesal dan lelah dari para penonton yang lama menunggui We are The In Crowd melakukan persiapan diatas panggung. Ada pula teriakan histeris saat kru dari “WATIC” keluar dari stage (yang sengaja ditutup oleh pihak panitia menggunakan tirai besar) untuk mengecek mikrofon yang akan digunakan oleh mereka nantinya. Oia, saat Gecko band tampil, salah seorang personel We are The In Crowd, yakni “Jordan Eckes” (gitar/vokal) menyaksikan penampilan mereka di lagu “Smells Like Tees Spirits”. Entah tertarik untuk melihat penampilan band Indonesia ataupun gara-gara Gecko membawakan satu nomor legendaris milik Nirvana (pionir “Seattle Sounds/Grunge” dunia). Persiapan yang cukup lama memang sering dilakukan oleh band-band besar lokal maupun band luar negeri demi tersajinya penampilan yang terbaik dari mereka.
Setelah menunggu hampir 30 menit, tirai dibuka dan muncul lah kelima personel We are The In Crowd yang diselingi sapaan dari Taylor Jardine dan Jordan Eckes kepada penonton. Histeria penonton tidak usah dibayangkan lagi seperti apa hebohnya. Intro dimainkan yang dilanjut dengan “Rumor Mill” (album “Best Intentions”, 2011) sebagai “track” pembuka. “Sing along” penonton hampir mengiringi di sepanjang lagu tersebut.



Secara bergantian, We are The In Crowd membawakan lagu-lagu, “Never Be What You Want”, “Kiss Me Again”, “The Worst Thing About Me”, “For The Win”, “Lights Out” dan lain-lain.






Sempat menyudahi konsernya, namun mereka kembali ke panggung karena teriakan “we want more” (yang selalu hadir di setiap pertunjukkan band luar negeri), Taylor Jardine dan Jordan Eckes berduet dengan versi akustik membawakan lagu “You’ve Got It Made”. Di tengah lagu, Jordan lupa akan “kunci” lagunya yang membuat Jardine tertawa guna menutupi rasa malunya. Memang dasar mereka ditunggu dan disukai oleh penonton yang hadir, kesalahan kecil tersebut di sambut tepuk tangan yang meriah oleh penonton.  Lagu “You’ve Got It Made” diakui oleh pasangan yang menjalin kasih tersebut sebagai lagu yang cukup spesial bagi mereka berdua.


             Konser benar-benar berakhir setelah We are The In Crowd membawakan lagu “Both Sides of The Story”. Mike Ferri (bass), Cameron Hurley (gitar), dan Rob Chianelli (dram) kembali ke atas panggung dan memainkan alat musik masing-masing. Sebuah “encore” yang cukup pas di akhir-akhir konser. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB dimana acara benar-benar berakhir dan penonton dengan tertib meninggalkan ruangan konser guna bercengkrama dengan sahabat maupun mengabadikan momen-momen tak terlupakan di malam “Rumor Mill South East Asia 2012” Live Dago Tea House Indoor, Bandung. Keseluruhan, konser We are The In Crowd tersebut cukup suskes dimana penampilan yang atraktif dari mereka maupun band-band pembuka, kualitas suara yang cukup baik, dan jumlah penonton yang datang bagi band baru seperti mereka lumayan banyak. Muka-muka puas dan obrolan-obrolan yang terdengar dari mereka yang sudah hadir menunjukkan respon yang positif. Semoga Bandung ke depannya selalu menghadirkan band-band luar negeri yang berkualitas. Amin.



<Pangky Jonathan Asikin // @paijoasik>

No comments:

Post a Comment