"Andai korban itu org terdekat anda, masihkah anda bilang serangan teror itu pengalihan isu? Siapapun bisa jadi korban bila kebetulan ada di sana." Setuju saya dengan pernyataan Profesor Nadirsyah Hosen (Ketua/Rois Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia & New Zealand) mengenai kejadian bom bunuh diri di daerah Kampung Melayu, Jakarta (24/05/2017) yang pastinya menimbulkan polemik pro kontra di tanah air. Terlebih berkaitan dengan isu sentimen agama. Dan pula, seolah-olah pula ujian dari Allah untuk negeri ini tak ada hentinya. Dari apa yang saya baca melalui media massa dan Twitter sesaat setelah kejadian tersebut, ada fenomena yang ingin saya angkat sedikit ke permukaan.
Seketika itu pula teringat kata-kata saya kepada Tuhan ketika saya sedang curhat ke Dia dalam suatu sholat fardhu. Dalam hati, saya berkata, "Ya Allah kejadian bom bunuh diri kemarin-kemarin terjadinya pas ada pawai obor menjelang puasa Ramadhan loh. Kata beberapa orang yang menyaksikan, peserta pawai dimana kebanyakan anak-anak (tak tahu diajarkan oleh siapa), mereka pada berseru, "bunuh-bunuh!" gitu. Menyeramkan sekali dan membuat hati saya miris. Kan saya jadi teringat saat proses manusia ingin diciptakan ketika para malaikat bertanya, "Mengapa ya Allah, Engkau menciptakan manusia yang nantinya akan banyak menumpahkan darah?". Lalu Allah menjawab, "Aku lebih tahu terhadap apa yang kalian tidak ketahui!". Yup benar juga, Engkau Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Perencana yang Baik sedangkan kami hanya mahkluk yang lemah tiada berdaya yang terkadang beribadah tak teratur serta tak tentu arah. Pasti ada pesan yang ingin Kau sampaikan melalui peristiwa bom bunuh diri kemarin. Berikanlah kami kelapangan hati beserta keteguhannya agar selalu kami yakini bahwa Engkaulah Yang Maha Segalanya.
Engkau Maha Berilmu dan Maha Berakal. Tidak kah Kau turunkan ayat-ayatMu, Kau utus Nabi dan RasulMu, Kau ciptakan peristiwa-peristiwa agar kami berpikir. Agar kami mampu memakai otak pemberianMu ini. Agar kami mendalami dan mengkaji ayat-ayatMu lalu mempraktekannya dalam kehidupan sosial. Agar kami petik pelajaran dan hikmah dari sebuah sejarah guna mengamalkan yang baik-baik dan meninggalkan yang buruk-buruk demi kemajuan peradaban kami bukan malah membawa kembali pemikiran kami ke zaman primitif. Engkau Maha Besar, tak perlu kami mengerdilkan kebesaranMu dengan membelaMu segala apalagi dengan berteriak-teriak karena Kau Maha Mendengar, Kau tidak TULI! Apalagi kami khawatir dan takut, disaat kami lantang menyerukan takbir kebesaranMu, keagunganMu, tetapi perilaku kami jauh dari apa yang kami pekikkan tersebut. Kami sadar, kamilah yang mencemarkan namaMu yang disatu sisi kami sangat yakin akan kesucian namaMu namun mempermainkanMu untuk urusan keduniawian seperti politik praktis, urusan kekotoran seperti korupsi, atau urusan mencari keuntungan finasial semata seperti bisnis. Ya Allah Dzat Maha Mengetahui, Engkaulah yang pantas menentukan apakah manusia itu kafir atau tidak. Jangan biarkan kami ambil kuasaMu dengan seenak-enaknya mengkafir-kafirkan sesama kami. Urusan hati manusia, Engkaulah yang paling tahu.
Engkau Maha Keindahan, Kau sediakan bidadari tercantik yang paling indah di alam semesta ini. Kami pasti mau itu, tapi kami ragu. Mana mungkin bidadari-bidadariMu mau dengan kami yang berjihad menggunakan bom bunuh diri guna mengakhiri hidup kami dan hidup orang lain, membunuh sesama kami, dan mengakibatkan hancur pulalah tubuh kami ini. Ya Allah yang Maha Berseni Tinggi, kami sangat kagum akan hasil kreasimu dalam penciptaan alam semesta ini begitupun dalam penciptaan tubuh kami yang sangat-sangat presisi. Kau ciptakan talenta kami masing-masing berbeda. Izinkanlah kami mensyukurinya dengan mengapresiasikannya melalui karya kami entah melalui media musik, lukisan, gerak tubuh, tulisan, budaya/tradisi, dll selama tidak mengusik keimanan dan ketauhidan kami kepadaMu. Dan jangan jadikan kami mahkluk yang mengingkari pemberianMu tersebut dengan malah mengharam-haramkannya. Kami ingat betul, bagaimana salah satu orang besar diantara kami, yakni Cak Nun, mengungkapkan bahwa "Musik itu tidak haram atau "berbahaya" selama digunakan untuk kebaikan sebagaimana fungsinya. Yang malah menjadikan musik itu menyimpang adalah niat dan perilaku bermusik manusianya. Beliau ibaratkan musik dengan pisau. Pisau itu bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dan pisaupun akan menjadi berbahaya apabila digunakan untuk membunuh diantara manusia itu sendiri. Namun keeksistensian pisau akan tetap ada terlepas dari baik buruk keberadaannya tergantung kita memanfaatkan pisau tersebut digunakan untuk apa. Begitupun kami meyakini musik.
Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, namun kami tidak menyadari dimanakah rasa kasih sayang kami sebagai wujud kasih sayangMu kepada kami? yang ada kami saling memfitnah satu sama lain, membunuh atas namaMu satu sama lain, membenci satu sama lain. Bukanlah Kau ciptakan kami berbeda suku, bangsa, agama, sifat, watak agar bisa kalian mengenal dan menghormati satu sama lain? Agar pula kami umat manusia saling tolong menolong satu sama lain. HambaMu, yakni Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan bahwa mereka yang bukan bersaudara dalam iman, adalah saudara kami dalam kemanusiaan. Kami patut mengingat, Engkau pula yang memerintahkan kami melalui RasulMu, Muhammad SAW agar selalu berprasangka baik (khusnudzon) diantara kami, bukan malah sebaliknya. Dan sejenak saya terdiam lalu terhening. Lalu kuteruskan unek-unekku kembali, berbicara kembali kepadaNya. Ya Allah, kami sadar kemerdekaan kami bangsa Indonesia adalah berkat rahmatMu melalu usaha persatuan kami untuk mewujudkannya. Kami ingin belajar dan lebih dalam memahami sifatmu yang Maha Pemersatu! Berikanlah kami kekuatan agar bisa menghalau usaha-usaha dari beberapa golongan kami yang ingin memecah belah pemersatu kami dalam NKRI dengan tameng berupa dasar negara berbentuk Pancasila dan UUD 1945. Kami paham betul kami akan kuat apabila bersatu tanpa mempermasalahkan perbedaan-perbedaan yang ada dan kami akan lemah apabila tercerai berai dengan terus saja berdebat tanpa ujung, dengan terus mempermasalahkan hal-hal sepele diantara kami. Kami tahu, dasar negara kami ini merupakan buah pemikiran dari para tokoh bangsa dan ulama sejak masa pra-Kemerdekaan, Kemerdekaan, dan pasca-Kemerdekaan sehingga takkan mungkin membuat kami "melenceng" dalam berkehidupan mengingat tokoh-tokoh nasional dan para ulama yang terlibat adalah yang kompeten (berilmu tinggi soal pemahaman agama, politik, dan bernegaranya) serta berkomitmen tinggi (benar-benar mementingkan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi maupun golongannya) guna mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terakhir, wahai Dzat yang Maha Pengampun. Terima kasih telah Kau sediakan kesempatan untuk kami bertaubat, untuk kami menggugurkan dosa-dosa. Teruntuk bulan Ramadhan, terima kasih Kau telah bukakan pintu maaf dan pintu taubat untuk kami yang sebesar-besarnya. Semoga kami pandai menggunakan momen Ramadhan tahun ini untuk menginstrospeksi diri kami masing-masing. Kamipun ingat, Engkaupun Maha Penguji. Mana ada kami berpuasa tanpa Kau beri ujian. Jadikan kami pribadi yang rela dengan tidak melarang tempat-tempat makan yang tetap buka selama Ramadhan. Itu bisa jadi sebagai ujian buat kami. Karena apabila kami benar-benar niat berpuasa dan mengharap ridhoMu, kami tidak akan tergoda hal kecil seperti itu. Karena esensinya, berpuasa itu bukan hanya menahan lapar dan dahaga belaka. Ucapan syukur dan rasa terima kasih pastinya tidak akan cukup untuk membalas kasih sayangMu kepada kami. Kami berjanji akan memperbaiki diri selama Ramadhan ini. Bantu kami ya Allah. Karena tanpa "insya Allah", usaha kami pasti akan sangat berat. Aamiin." Saya pun segera mengakhiri sujud dalam salah satu curhatku itu seraya mengucapkan salam sebagai penutup, dimana itu salah satu tanda bukti kepedulianku terhadap alam semesta dan seluruh penghuninya. Semoga salam, kasih sayang, dan keselamatan dari Allah tercurah kepada kita semua dan seluruh semesta alam. Marhaban ya Ramadhan 1438H.
No comments:
Post a Comment